Pemikiran dan Karya Emile Durkheim

Gagasan yang secara fundamental mempengaruhi pemikiran Durkheim, yaitu positivisme Auguste Comte. Selain itu, pandangan Durkheim mengenai masyarakat juga dipengaruhi oleh realisme sosial. Meskipun tidak secara terang-terangan, Durkheim mengadopsi perspektif realis untuk menunjukkan realitas sosial di luar individu.

Dalam beberapa karyanya Durkheim banyak menyebut apa itu sosiologi dan bagaimana mestinya sosiologi dipraktiskan. Perhatian utamanya adalah mengembangkan sosiologi sebagai sebuah ilmu. Menurut Durkheim, sosiologi harus mempunyai objek kajian dan mempunyai metodologi sendiri.

Fakta sosial merupakan gagasan penting Durkheim dalam keilmuan sosiologi. Menurutnya, sosiologi adalah ilmu tentang fakta sosial. Di mana fakta sosial adalah struktur sosial, nilai-nilai sosial, dan norma kebudayaan yang bersifat memaksa pada individu. Bagi Durkheim fakta sosial adalah sesuatu yang sui generis, yang lebih besar dan lebih obyektif dibanding tindakan individu di dalam masyarakat. Fakta sosial tersebut bersifat koersif yang dapat mengontrol perilaku individu.

Sepanjang karir intelektualnya Emile Durkheim telah banyak menghasilkan karya dengan tema yang berbeda-beda. Beberapa karya utama Durkheim antara lain: The Division of Labor in Society (1893), Rules of the Sociological Method (1895), Suicide (1897), dan The Elementary Forms of Religious Life (1912).

inti DURKHEIMM

  • secara politik Durkheim seorang liberal tapi secara intelektual ia tergolong konservatif
  • Sebagian besar karyanya banyak mengarah pada tertib sosial.
  • Menurutnya kekacauan sosial bukan keniscayaan dunia modern dan dapat dikurangi melalui reformasi sosial.
  • Dalam The Rule Of Sociological  (1895/1982) menurut durkheim sosioilogi mempelajari apa yang disebutnya sebagai fakta-fakta sosial.
  • Ia membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan (forces) dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu.
  • Studi tentang kekuatan dan struktur ini misalnya hukum yang melembaga dan keyakinan moral bersama dan pengaruhnya terhadap individu.
  • Dalam bukunya suicide (1897-1951) durkheim berpendapat bahwa bila ia dapat menghubungkan perilaku individu seperti bunuh diri seperti bunuh diri itu dengan sebab-sebab sosial (fakta sosial)
  • Durkheim berargumen bahwa sifat dan perubahan fakta sosiallah yang menyebabkan prbedaan rata-rata bunuh diri.
  • Contohnya perang, depresi ekonomi dapat menciptakan perasaan depresi kolektif dapat meningkatkan angka bunuh diri.
  • durkheim membedakan fakta sosial kedalam dua tipe yaitu fakta material dan fakta non material.
  • contoh fakta sosial material birokrasi,hukum.
  • Faktor non material misalkan kultur, institusi sosial.
  • Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan oleh fakta sosial nonmaterial, khususnya oleh ikatan moralitas bersama atau kesadaran kolektif.
  • Dalam masyrakat modern ikatan dibangun melalui pembagian kerja yang ruwet, yang mengikat orang satu dengan lainnya dalam hubungan saling tergantung.
  • Pembagian kerja pada masyarakat modern menimbukan beberapa patologis.
  • Durkheim memusatkan perhatian pada fakta sosial nonmaterial yakni agama.
  • temuannya bahwa sumber agama adalah masyrakat itu sendiri.
  • Masyarakat yang menetukan bahwa sesuatu itu sakral dan lainnya bersifat profan. Khususnya totemisme.
  • Durkheim menyimpulkan masyrakat dan agama adalah sama.
  • Agama adalah cara masyarakat memperlihatkan dirinya sendiri dalam bentuk fakta sosial nonmaterial.
  • Durkheim seorang reformis yang mencari cara untuk mencari cara untuk meningkatkan fungsi masyarakat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pemikiran dan Teori Emile Durkheim

Pemikiran dan Teori Emile Durkheim 

 
 
Emile Durkheim adalah seorang pemikir asal Perancis yang dianggap sebagai tokoh peletak dasar pemikiran sosiologi sehingga menjadi sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang mapan. Kendatipun bukan dirinya yang meletakkan dasar pemikiran tentang sosiologi namun buah pikirannya telah menunjukkan dengan jelas antara disiplin yang lain terutama bidang sejarah dan psikologi. Baginya memikirkan tentang hakekat kanyataan adalah upaya yang tidak adaa gunanya, kemudian Durkheim mencoba meletakkan landasan dalam ilmu sosiologi dengan menunjukkan bahwa gejala sosial itu merupakan fakta yang riil dan dapat dipelajari dengan metode yang empiris. Pemikiran Durkheim sangat dipengaruhi oleh dasar pemikiran filsafat dari Agust Comte tentang tahap evolutif dari perkembangan pemikiran manusia yaitu dari tahap teologis atau fiktif, metafisis atau abstrak dan ilmiah atau positivis . Dalam tahap teologis, fenomena dijelaskan dengan menggunakan penjelasan yang bersifat teologis dan menyandarkan pada dogma/keyakinan religius. Gejala yang terjadi adalah kehendak dewa/kekuatan-kekuatan supranatural diatas kekuasaan/kemampuan manusia. Tahap pemikiran metafisis akan menjelaskan fenomena dengan penjelasan bahwa suatu gejala muncul sebagai manifestasi dari hukum alam, sedangkan pada tahap positivis suatu fenomena akan dijelaskan sebagai hubungan yang bersifat organis antar unsur-unsurnya. Pemikiran teoritik Durkheim sangat dipengaruhi oleh tahap katiga dari Comte. Tentunya hal ini seiring dengan masa hidup Durkheim pada abad abad ke-18 menuju ke abad ke-19 saat perkembangan ilmu sosial mengarah pada positivisme yaitu upaya ilmu pengetahuan untuk menemukan konsep-konsep dan pemikiran yang berorientasi ke depan, artinya ilmu pengetahuan harus memberikan kontribusi positif bagi kehidupan manusia. Manusia harus mempelajari gejala-gejala dan hubungan antar gejala supaya dapat meramalkan apa yang terjadi.

Dengan mendasarkan pada pandangan Comte bahwa masyarakat bersifat organis, dan menekankan pada hubungan timbal balik antar gejala, maka Durkheim memfokuskan pada solidaritas dan integrasi masyarakat sebagai permasalahan substansial karyanya. Tentunya hal ini sedikit banyak sangat dipengaruhi oleh kondisi pada masa itu, saat terjadinya revolusi khususnya di Perancis yang menimbulkan perubahan tatanan sosial dan munculnya efek-efek negatif industrialisasi terhadap masyarakat.

Pada masa itu pemikiran-pemikiran tentang hubungan antara individu dengan masyarakat masih menjadi bahan pemikiran. Namun Durkheim memiliki perspektif yang berbeda dengan pemikir-pemikir lain seperti Hobbes dan Spencer. Para pemikir sebelumnya melihat bahwa masyarakat dibentuk oleh individu-individu yang kemudian dengan berbagai alasan tertentu membentuk jalinan masyarakat. Durkheim memiliki pandangan yang sangat berbeda dengan pandangan ini. Ia melihat bahwa individu dibentuk oleh masyarakat. Dasar pemikiran Durkheim ini dijelaskan dengan apa yang dia sebut dengan fakta sosial. Fakta sosial merupakan gejala yang berada di luar individu dan memiliki kekuatan memaksa individu untuk tunduk di bawahnya. Sesungguhnya individu-individu memiliki hasrat sendiri-sendiri namun lingkungan sosialnya mempengaruhi sehingga hasrat individu tidak muncul. Proses pemaksaan ini tidak sepenuhnya terjadi dengan cara yang ekstrim dan ketat atau frontal, tetapi melalui sosialisasi memungkinkan proses “pemaksaan” itu terjadi tanpa disadari. Fakta sosial akan berlaku umum bagi masyarakat dan bukan mencerminkan satu keinginan individu.

Lebih lanjut Durkheim menjelaskan tentang fakta sosial sebagai kesadaran kolektif dan gambaran kolektif. Gambaran Kolektif adalah simbol-simbol yang mempunya makna yang sama bagi semua anggota sebuah kelompok dan memungkinkan mereka untuk merasa satu sama lain sebagai anggota kelompok. Sedangkan Kesadaran kolektif merupakan semua gagasan yang dimiliki bersama oleh para anggota individual masyarakat dan menjadi tujuan-tujuan dan maksud-maksud kolektif, sebagai bentuk consensus normative yang mencakup kepercayaan-kepercayaan keagamaan. (Campbel, 179-180)

Solidaritas Mekanis dan Solidaritas Organis
Solidaritas merupakan kata yang penting dan dominan dalam teori dan karya-karya Durkheim tantang masyarakat. Solidaritas menjadi bagian yang penting dalam hubungan antara individu dengan masyarakat. Durkheim membedakan dua macam solidaritas, yaitu salidaritas mekanis dan solidaritas organis. Solidaritas mekanis adalah bentuk solidaritas yang didasarkan pada suatu kesadaran kolektif yang dimiliki individu-individu yang memiliki sifat-sifat dan pola-pola normatif yang sama. Ciri dari solidaritas mekanik adalah tingkat homogenitas individu yang tinggi dengan tingkat ketergantungan antar individu yang sangat rendah. Hal ini dapat dilihat misalnya pada pembagian kerja dalam masyarakat. Dalam solidaritas mekanis, individu memiliki tingkat kemampuan dan keahlian dalam suatu pekerjaan yang sama sehingga setiap imdividu dapat mencukupi keinginannya tanpa tergantung dengan individu lain. Namun seiring dengan perkembangan masyarakat, dan terjadi suatu pembagian kerja yang semakin komplek. Solidaritas kemudian berubah menjadi solidaritas organik, Solidaritas ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi akibat semakin beragamnya pembagian kerja sehingga memunculkan spesialisasi pekerjaan. Masing-masing individu memiliki suatu keahlian dan ketrampilan tertentu dalam suatu pekerjaan sehingga tanpa kehadirannya akan mengakibatkan individu lain tidak dapat mencukupi keinginannya. Akibatnya Individu semakin berbeda dengan individu lain sehingga ada saling ketergantungan antar individu ke dalam satu hubungan relasional yang bersifat fungsional.

Namun solidaritas kolektif ini tidak selamanya terbentuk dalam masyarakat sehingga membentuk integrasi masyarakat, ada kalanya terjadi gangguan/perubahan terhadap perubahan ikatan dalam integrasi masyarakat. Ketika tatanan sosial mengalami gangguan maka akan mengakibatkan gangguan terhadap integrasi di dalam masyarakat. Salah satu bentuk gangguan ini adalah terjadinya perubahan solidaritas masyarakat dari kesadaran mekanik ke organik. Peralihan ini mengakibatkan perpecahan terhadap solidaritas di dalam masyarakatm. Hubungan individu menjadi terputus dengan ikatan sosialnya. Diferensiasi pekerjaan mengakibatkan heterogenitas dalam masyarakat sehingga ikatan bersama dalam masyarakat menjadi kendor. Individu kemudian membangun ikatan-ikatan sosial dalam lingkup yang lebih spesifik dan terbatas berdasarkan ikatan-ikatan profesi atau pekerjaan. Dan dalam kelompok–kelompok kecil inilah solidaritas mekanik akan terbentuk. Karena masyarakat semakin heterogen dan kesadaran kolektif menjadi kurang penting, maka kemudian individualisme akan berkembang sehingga hal ini akan memperlemah ikatan sosial yang mempersatukan individu dengan kolompok-kelompok sosial lain atau masyarakat secara umum. Karena individu tergantung dengan masyarakat maka kondisi yang demikian ini akan merusakkan kepercayaan bersama, melemahkan nilai-nilai moral dan mengndorkan struktur normatif dan membuat manusia menjadi anomi, yaitu berada dalam situasi yang tidak ada norma atau peraturan social dan putus dengan ikatan sosial. Untuk menjelaskan hal ini Durkheim mebangun teorinya berdasarkan gejala bunuh diri. Dalam masyarakat yang memiliki angka bunuh diri yang tinggi, disebabkan oleh solidaritas mekanik yang turun dan anomi masyarakat naik. Dalam analisa Durkheim tentang bunuh diri, menunjukkan bahwa gejala ini sangat berkaitan dengan tingkat integrasi masyarakat. Durkheim membaginya ke dalam tiga tingkat yaitu eoistik, anomic, dan altruistik. Bunuh diri egoistic terjadi dari pengaruh tekanan individualisme yang sangat kuat sehingga integrasi sosial melemah. Gejala ini dilihat oleh Durkheim dari pembandingan yang dilakukannya pada kaum Protestan dan Katolik. Orang-orang Protestan memiliki angka bunuh diri yang tinggi dibandingkan dengan orang Katolik karena orang-orang Protestan kurang memiliki ikatan sosial dalam gereja sehingga tekanan individualisme semakin kuat. Bunuh diri anomik terjadi karena tatanan kolektif yang hancur dan para individu tidak memiliki dukungan secara kolektif, akibatnya individu mengalami frustasi karena apa yang diharapkan/diinginkan tidak dapat diwujudkan. Bentuk yang ketiga adalah bunuh diri altruistic, yaitu bunuh diri yang dibebabkan tingginya rasa ikatan kelompok sehingga individu rela mengorbankan dirinya demi kelompoknya.

Analisa Durkheim terhadap gejala yang terjadi di dalam masyarakat tidak hanya berhenti sampai di sini. Ia juga mencoba untuk melihat agama sebagai fenomena sosial yang dijelaskannya dengan teorinya tentang solidaritas sosial dan integrasi masyarakat. Fokus perhatian Durkheim adalah tentang totemisme di kalangan pemeluk agama primitif. Pada masyarakat primitif kelompok sosial dibentuk berdasarkan klan-klan yang di dalamnya memiliki ikatan primordial yang kuat terhadap klannya. Dalam praktek keagamaan di kalangan masyarakat primitif dikenal simbolisasi atas sesuatu yang dianggap sakral/suci. Simbol ini berupa totem yang digunakan untuk mengidentifikasikan anggota kelompoknya dalam satu klan. Totem-totem ini adalah representasi dari kekuatan supranatural yang diyakini memiliki hubungan suci dan spesifik dengan suatu klan. Dengan demikian sesunguhnya klan itu juga memiliki kekuasaan tentang sakral. Ketika melakukan pemujaan terhadap totem sesungguhnya klan juga memuja dirinya sendiri. Ketika melakukan hubungan dengan kekuasaan ilahi yang bersifat supranatural, individu-individu yang datang dan berkumpul pada saat mengadakan ritual mengalami interaksi yang tinggi antara mereka. Dengan memusatkan perhatian pada suatu hal yang sama, misalnya totem, individu akan mengalami pengaruh emosional kolektif sehingga individualisme hilang. Dalam pengalaman yang dirasakan secara kolektif semacam ini individu merasa berada dalam satu situasi yang luar biasa. Dari gejala ini Durkheim menempatkan agama sebagai gejala yang dapat meningkatkan integrasi dan solidaritas sosial.

Kesimpulan

kesimpulan atau buah pikiran Durkheim telah melahirkan suatu pendekatan dan landasan metodologis yang kuat dalam bidang ilmu sosial. Melalui karya-karyanya Durkheim dapat menunjukkan bahwa ilmu sosial memilki suatu obyek studi yang jelas dan empiris. Dan tidak hanya berkutat pada lingkup pemikiran tentang realitas ataupun esensialisme karena hal itu tidak ada gunanya. Melalui methoide dan penelitiannya, Durkheim dapat menjelaskan bagaimana hubungan antara individu dengan masayarakat yang didasarkan pada data dan pengamatan yang empirik dan jelas. Tekanan Durkheim untuk melihat gejala sosial pada tingkat analisa struktur sosial untuk melihat tentang keteraturan sosial menjadi dasar teori fungsional pada saat ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ekonomi Politik Pembangunan Materi 5 (Perspektif klasik - Ekonomi politik international)

Perspektif klasik
Ekonomi politik international

1.        Sesugguhnya merupakan hubungan antara politik dan ekonomi Negara dan pasar dalam konteks hubungan antar Negara
2.       Ilmu ekonomi politik international . ilmu yang mempelajari ketidak adilan asimetris antara Negara, ketidak adilan antara masyarakat suatu Negara dengan masyarakat Negara lain.
4 perspekif :
1.       Merkantilisme
2.       Liberal
3.       Radikal atau marxisme
4.       Reformis global

1.       Merkantilisme
-          Berpandangan bahwa Negara-negara yang baru merdeka, seluruh aspek kehidupan (politik, ekonomi, budaya, social). Di integrasikan dibawah kendali Negara artinya Negara memiliki peran besar
-          Negara didalam pengendalian aspek memerlukan akumulasi capital -> menumpuk kekayaan. Caranya adalah dengan cara nasionalisme ekonomi, kebijakan-kebijakan Negara yang dibuat demi kepentingan nasional, dengan atau tanpa kepentingan nasional
Bentuk nasionalisme ekonomi, mengupayakan segala cara agar dapat melakukan ekspor sebanyak-banyaknya dan sedikit impor. Hubungan antara Negara itu bersifat konseptual.
-          Untuk menunjang tersebut diperlukan kekuatan Negara ( dalam hal ini ABRI/Militer), namun jika tidak sanggup keluar dari perdagangan interntional, dengan cara melakukan proteksi terhadap barang dalam negeri.
2.       Liberal
Hubungan antar Negara itu bersifat harmonis, saling membutuhkan, saling melengkapi, dan saling ketergantungan
Dalam perspektif ini perdagangan adalah mesin pertumbuhan
Win ----- win
3.       Radikal atau marxisme
-          Bahwa hubugngan antar Negara itu sebenrnya hubungan konfliktual karena  ternyata perdagangan sebenarnya akan berhadap-hadapan dengan hubungan ketidak seimbangan
Win  ----- lose
-          Sebab akan ada dominasi antara Negara maju dengan Negara  berkembang yang menyebabkan ketidak adilan
-          Apabila Negara terjadi ketidak seimbangan akan ada penurunan nilai tukar
-          Teori –teori yang muncul adalah
·         Teori keterbelakangan
·         Teori ketergantungan
·         Teori dispendensi

Kordosos teori
Cara membangun dan berkembangnya Negara maju:
1.       Ciuman : melalui iming-iming teknologi dan modal
Namun Negara berkembang dengan cara itu akan mengakibatkan syndrome critisme
2.       Pedang :  melalui cara perang dan agresi
Solusinya adalah putus dengan Negara maju
Samuel Popkins teori
Kalau suatu Negara begitu berhubungan dengan Negara maju, maka kita akan terjebak dalam system kapitalisme
4.       Perspektif Reformasi global
Perspektif refrromasi global merupakan perspektif jalan tengah, dalam perspektif ini memang menunjukkan keuntungan bagi Negara maju, namun tidak setuju dengan putus hubungan namun, melakukan reformasi tata ekonomi international baru. Cara mendisain reformasi tersebut adalah Negara berkembang melakukan dialog yang bersifat kolektif dengan Negara maju
Maksudnya kalau mau berdagang dengan diskusi secara kolektif agar posisi tawar jauh lebih besar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ekonomi Politik Pembangunan materi 4 (G. odonner - modernization and beaurecrazy authorizem)

G. odonner dalam bukunya modernization and beaurecrazy authorizem
Menyimpulkan bahwa
Proses modernisasi ditandai dengan perubahan kebijakan ekonomi dari sub-impor menjadi ekspor ( industry orientasi kepada ekspor)
Konsekuensinya
1.       Memerlukan sumber daya manusia
2.       Teknologi
3.       Butuh modal
4.       Capitalis -> investor asing ->
Untuk menghadirkan investor asing maka pemerintah harus mempunyai syarat menjaga ke stabilan ekonomi, salah satu caranya adalah dengan cara “Negara harus bersikap represif” dengan adanya Negara yang bersikap represif maka munculnya rezim beaurecracy authorizem
Ciri Negara beaurecracy authorizem adalah
1.       Pemerintah atau Negara dikuasai oleh militer yang bekerja sama dengan teknokrat sipil (seorang ahli)
2.       Negara berkolaborasi dengan entrepreneur oligopolitik diawal dengan kapitalisme international dan pemilik modal international diwujudkan dengan perusahaan
Penguasa Negara (menurut OBI)
-          Negara                                 : militer
-          Kolongmerat                      : kapitalisme domestic
-          MNC                                      : pemilik modal asing
3.       Kebijakan nasional dibuat dengan cara atau metode teknokrasi demokrasi, bukan dengan politik
Cirinya adalah:
1.       Kebijakan yang dibuat oleh sedikit orang
2.       Mengunakan orang-orang ahli
3.       Dengan pertimbangan nasional
4.       Dilakukan dengan singkat dan cepat
Dengan menggunakan metode politik, melibatkan banyak pihak -> multi stakeholder, sehingga terlalu lama dan ruwet.

4.       Massa di De-mobilisasi (dibatasi mobilisasinya, dikekang mobilisasinya)
5.       Untuk melawan oposisi, maka dilakukan tindakan represif

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ekonomi Politik Pembangunan Materi 3 (Rent Seeking Economy)

Rent Seeking Economy
Perspektif ----> stand analisis
1.       Manusia makhluk social
2.       Peran Negara dibatasi

Ekonomi berburu Rente
Kalau suatu Negara membuat kebijakan perdagangan dengan membatasi import dari negara lain, dengan melakukan kebijakan kuota
Sementara kebutuhan tersebut sangat tinggi, dampaknya adalah harga barang akan sangat tinggi
Rente : akan mengakibatkan selisih antara harga barang international dengan harga domestic

Yang diuntungkan importer, dalam ekonomi berburu Rente
Dampak
1.       Aktifitas ekonomi tidak berjalan normal
2.       Perusahaan – perusahaan besar berlomba –lomba meningkatkan hasil jumlah produksinya
3.       Untuk mendapatkan kuota besar, biasanya perusahaan melakukan KKN
Dalam pandanga ini kalau Negara ingin ikut campur, maka yang boleh dilaukan adalah dengan menggunakan kebijakan bea masuk

Samuel popkins (1979)---> dalam bukunya yang berjudul Rational Of The Peasant
Sedangkan dari sisi lainnya james scott (1973) dalam bukunya The Moral Economy Of The Peasant
Yang daerah penelitiannya juga sama di indo-cina  mengatakan bahwa
Petani itu ---> petani subsistem -----> petani pas-pasan
Samuel popkins dan james scott mengatakan bahwa peta ni di Indo-cina itu merupaka petani sub-sistem, yaitu petani yang merupakan petani pas-pasan

Hal itu di tandai dengan:
1.       Petani yang tidak ambil resiko ---> karena hal itu mewah
Pendaratan yang datar tidak setuju dengan pajak progresif
2.       Patron client = hubungan yang baik
cirinya adalah jka anak buah tidak kerja , maka majikan akan datang ke rumah untuk memeriksa apa yang terjadi
3.       Masyarakat tentram aman

Kesimpulannya adalah
Masyarakat indocina bukan masyarakat tanpa komplek namun ada perbedaan – perbedaan
Contohnya
1.       Ternyata pada saat riset, produk petani dijual untuk memenuhi daerah sendiri di sekitarnya, namun saat popkins mulai ada ekspansi  hasil pertanian ke luar daerah petani tersebut.
2.       Pernyataan popkins, petani adalah makhluk rasional, petani adalah problem solvses ( memecahkan masalahnya sendiri)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS